A. DEFINISI
Partus lama adalah persalinan yang
berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara dan lebih dari 18 jam pada
multipara.
Partus lama (kasep) menurut Harjono
merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu
lama sehingga timbul gejala-gejala seperti dehidrasi, kelelahan ibu serta
asfiksia dan kematian janin dalam kandungan (KDJK).
Partus lama adalah
fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih,
bayi belum lahir. Dilatasi serviks dikanan garis waspada persalinan aktif.
Konsep ini berbahaya jika memberi kesan
konotasi yang salah bahwa persalinan dapat berlanjut 24 jam sebelum
keterlambatan terdiagnosis. Persalinan harus di nyatakan lama jika terjadi
keterlambatan 2-3 jam di belakang partogram normal. Definisi ini menarik
perhatian yang lebih dini terhadap terjadinya abnormalitas.
Batas-batas normal pada persalinan
adalah :
Primipara
:
·
Mean : 13-14 jam
·
Median : 10,6 jam
·
Mode : 7 jam
Multipara
:
·
Mean : 8 jam
·
Median : 6 jam
·
Mode : 4 jam
B.
ETIOLOGI
Sebab-sebab terjadinya partus kasep ini
adalah multikomplek dan tentu saja tergantung pada pengawasan selama hamil,
pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya.
Pada prinsipnya persalinan lama
dapat disebabkan oleh :
a. Kelainan
tenaga/his tidak efisien (adekuat)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalaami hambatan atau
kemacetan.
b. Kelainan
janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
Tiga kelompok penyebab kegagalan
kemajuan persalinan adalah karena masalah-masalah passenger (janin
tunggal/multipel). Terdapat empat faktor utama :
1. Janin
terlalu besar
2. Malposisi
3. Malpresntasi
4. Abnormalitas
janin
c. Kelaianan
jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Kelaianan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa
menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
Faktor resiko persalinan lama :
a. Umur kurang dari 16 tahun akan
terjadi persalinan macet karna jalan lahir/tempat keluar janin belum berkembamg
sempurna/masih kecil.
b. Tinggi badan kurang dari 140 cm
dikuatirkan akan terjadi persalinan macet karna tulang panggul sempit.
c. Kehamilan pertama dikuatirkan akan
terjadi disproporsi janin dalam panggul sehingga akan membahayakan keselamatan
janin.
d. Adanya riwayat persalinan sulit
ditakutkan akan terjadi lagi pada kehamilan yang selanjutnya.
C.
TANDA DAN GEJALA
Menurut Prof. Dr.
Rustam Mochtar, MPH (1998) gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan juga
pada janin.
- Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,
pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Ring v/d
Bandle, oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
- Pada janin :
a. Denyut jantung janin cepat atau hebat atau
tidak teratur bahkan negarif, air ketuban terdapat mekonium, kental
kehijau-hijauan, berbau.
b. Kaput succedaneum yang besar
c. Moulage kepala yang hebat
d. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)
e. Kematian Janin Intra Parental (KJIP)
Menurut Prof. dr. Ida
Bagus Gede Manuaba, DSOG (1998), gejala utama yang perlu diperhatikan pada
partus lama antara lain :
1. Dehidrasi
2.
Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen
meteorismus.
3. Pemeriksaan abdomen : meteorismus,
lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah rahim.
4. Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema
vulva, cairan ketuban berbau, cairan ketuban bercampur mekonium.
5. Pemeriksaan dalam : edema servikalis,
bagian terendah sulit di dorong ke atas, terdapat kaput pada bagian terendah.
6. Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian.
7. Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri
imminens sampai ruptura uteri, kematian karena perdarahan atau infeksi.
D. KLASIFIKASI PARTUS
LAMA
Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996)
mengklasifikasikan partus lama menjadi beberapa fase, yaitu :
- Fase laten yang memanjang
Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada
primigravida atau waktu 14 jam pada multipara merupakan keadaan abnormal.
Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup:
a.
Serviks belum matang pada awal
persalinan
b.
Posisi janin abnormal
c.
Disproporsi fetopelvik
d.
Persalinan disfungsional
e.
Pemberian sedatif yang berlebihan
Serviks yang belum matang hanya memperpanjang
fase laten, dan kebanyakan serviks akan membuka secara normal begitu terjadi
pendataran. Sekalipun fase laten berlangsung lebih dari 20 jam, banyak pasien
mencapai dilatasi serviks yang normal ketika fase aktif mulai. Meskipun fase
laten itu menjemukan, tapi fase ini tidak berbahaya bagi ibu atau pun anak.
- Fase aktif yang memanjang pada primigravida
Para primigravida, fase aktif yang lebih
panjang dari 12 jam merupakan keadaan abnormal, yang lebih penting daripada
panjangnya fase ini adalah kecepatan dilatasi serviks. Pemanjangan fase aktif
menyertai :
a.
Malposisi janin
b.
Disproporsi fetopelvik
c.
Penggunaan sedatif dan analgesik secara
sembrono
d.
Ketuban pecah sebelum dimulainya
persalinan
Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran
dengan forceps tengah, secsio caesarea dan cedera atau kematian janin. Periode
aktif yang memanjang dapat dibagi menjadi dua kelompok klinis yang utama, yaitu
kelompok yang masih menunjukkan kemajuan persalinan sekalipun dilatasi servik
berlangsung lambat dan kelompok yang benar-benar mengalami penghentian dilatasi
serviks.
- Fase aktif yang memanjang pada multiparas
Fase aktif pada multipara yang berlangsung
lebih dari 6 jam (rata-rata 2,5 jam) dan laju dilatasi serviks yang kurang dari
1,5 cm per jam merupakan keadaan abnormal. Meskipun partus lama pada multipara
lebih jarang dijumpai dibandingkan dengan primigravida, namum karena
ketidakacuhan dan perasaan aman yang palsu, keadaan tersebut bisa mengakibatkan
malapetaka.
Kelahiran normal yang terjadi di waktu lampau
tidak berarti bahwa kelahiran berikutnya pasti normal kembali. Pengamatan yang
cermat, upaya menghindari kelahiran pervaginam yang traumatik dan pertimbangan
secsio caesarea merupakan tindakan penting dalam penatalaksanaan permasalahan
ini. Berikut ini ciri-ciri partus lama pada multipara :
a.
Insedensinya kurang dari 1%
b.
Mortalitas perinatalnya lebih tinggi
dibandingkan pada primigravida dengan partus lama Jumlah bayi besar
bermakna
c.
Malpresentasi menimbulkan permasalahan
d.
Prolapsus funiculi merupakan komplikasi
e.
Perdarahan postpartum berbahaya
f.
Rupture uteri terjadi pada grande
multipara
g.
Sebagian besar kelahirannya berlangsung
spontan pervaginam
h.
Ekstraksi forceps tengah lebih sering
dilakukan
i.
Angka secsio caesarea tinggi, sekitar 25%
E. BAHAYA PARTUS
LAMA
Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998),
menjelaskan mengenai bahaya partus lama bagi ibu dan janin, yaitu :
- Bahaya bagi ibu
Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik
terhadap ibu maupun anak. Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya
proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam.
Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi,
kelelahan ibu dan shock. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin
memperburuk bahaya bagi ibu.
- Bahaya bagi janin
Semakin lama persalinan, semakin tinggi
morbiditas serta mortalitas janin dan semakin sering terjadi keadaan berikut
ini :
a.
Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
b.
Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan
pada kepala janin
c.
Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi
dengan forceps yang sulit
d.
Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran.
Keadaan ini mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat
membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.
Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata,
bayi-bayi pada partus lama memerlukan perawatan khusus. Sementara pertus lama
tipe apapun membawa akibat yang buruk bayi anak, bahaya tersebut lebih besar
lagi apalagi kemajuan persalinan pernah berhenti. Sebagian dokter beranggapan
sekalipun partus lama meningkatkan resiko pada anak selama persalinan, namun
pengaruhnya terhadap perkembangan bayi selanjutnya hanya sedikit. Sebagian lagi
menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan melalui proses persalinan yang panjang
ternyata mengalami defisiensi intelektual sehingga berbeda jelas dengan
bayi-bayi yang lahir setelah persalinan normal.
F. PENATALAKSANAAN
PADA PARTUS LAMA
Menurut Harry Oxorn
dan Willian R. Forte (1996), penatalaksanaan partus lama antara lain :
- Pencegahan
a.
Persiapan kelahiran bayi dan perawatan
prenatal yang baik akan mengurangi insidensi partus lama.
b.
Persalinan tidak boleh diinduksi atau
dipaksakan kalau serviks belum matang. Servik yang matang adalah servik yang
panjangnya kurang dari 1,27 cm (0,5 inci), sudah mengalami pendataran, terbuka
sehingga bisa dimasuki sedikitnya satu jari dan lunak serta bisa dilebarkan.
- Tindakan suportif
a.
Selama persalinan, semangat pasien harus
didukung. Kita harus membesarkan hatinya dengan menghindari kata-kata yang
dapat menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.
b.
Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari.
Pada semua partus lama, intake cairan sebanyak ini di pertahankan melalui
pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi, dengan tanda adanya acetone dalam
urine, harus dicegah.
c.
Makanan yang dimakan dalam proses persalinan
tidak akan tercerna dengan baik. Makanan ini akan tertinggal dalam lambung
sehingga menimbulkan bahaya muntah dan aspirasi. Karena waktu itu, pada
persalinan yang berlangsung lama di pasang infus untuk pemberian kalori.
d.
Pengosongan kandung kemih dan usus harus
memadai. Kandung kemih dan rectum yang penuh tidak saja menimbulkan perasaan
lebih mudah cidera dibanding dalam keadaan kosong.
e.
Meskipun wanita yang berada dalam proses
persalinan, harus diistirahatkan dengan pemberian sedatif dan rasa nyerinya
diredakan dengan pemberian analgetik, namun semua preparat ini harus digunakan
dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu
kontraksi dan membahayakan bayinya.
f.
Pemeriksaan rectal atau vaginal harus
dikerjakan dengan frekuensi sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien
dan meningkatkan resiko infeksi. Setiap pemeriksaan harus dilakukan dengan
maksud yang jelas.
g.
Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukkan
adanya kemajuan dan kelahiran diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang
layak serta tidak terdapat gawat janin ataupun ibu, tetapi suportif diberikan
dan persalinan dibiarkan berlangsung secara spontan.
- Perawatan pendahuluan
Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai
berikut :
- Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular
- Penisilin prokain : 1 juta IU intramuskular
- Streptomisin 1 gr intramuskular
- Infus cairan :
1)
Larutan garam fisiologis
2)
Larutan glukose 5-100% pada janin pertama : 1
liter/jam
e. Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila
keadaan mengharuskan untuk segera bertindak
4.
Pertolongan
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin
meninggal, seksio sesarea dan lain-lain.
G. EKSTRAKSI VAKUM DAN
EKSTRAKSI FORSEP
1. Ekstraksi
Vakum
Ekstraksi
vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi
vakum pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstrator vakum atau ventouse (Depkes
RI,2002). Menurut Mansjoer Arif (1999) tindakan ini dilakukan dengan memasang
sebuah mangkuk (cup) vakum di kepala janin dan tekanan negatif. Ekstraksi vakum
adalah tindakan obstetri yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi.
Ø Indikasi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu
maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi porcef/ekstraksi vakum dilakukan.
Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section
secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan
posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan
tidak dapat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara pervaginam, maka
perlu tindakan ekstraksi vakum/tindakan ekstraksi vakum menyebabkan terjadinya
toleransi pada servik uteri dan vagina ibu. Di samping itu terjadi laserasi
pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intracranial.
Ø Syarat
a. Janin aterm
b. Janin harus dapat lahir pervaginam
(tidak ada disproporsi)
c. Pembukaan serviks sudah lengkap
d. Kepala janin sudah enganged.
e. Selaput ketuban sudah pecah atau
jika belum, dipecahkan.
f. Harus ada kontraksi uterus atau his
dan tenaga mengejan ibu
Ø Komplikasi
Pada
ibu, ekstraksi vakum dapat menyebabkan perdarahan, trauma jalan lahir dan
infeksi. Pada janin ekstrasi vakum dapat menyebabkan ekskoriasi kulit kepala,
cepal hematoma, subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat direabsorbsi tubuh
janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan
ikterus neonatorum yang agak berat, nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dapat
menimbulkan alopesia.
Ø Prosedur
Ibu
tidur dalam posisi lithotomi. Pada dasarnya tidak diperlukan narcosis umum.
Bila waktu pemasangan mangkuk, ibu mengeluh nyeri, diberi anesthesia infiltrasi
atau pudendal nerve block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi
anesthesia inhalasi, namun hanya terbatas pada waktu memasang mangkuk saja.
Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk
yang sesuai dengan pembukaan serviks.
Pada
pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan
ke dalam vagina dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala,
menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak
denominator. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga 0,2
kg/cm2 dengan interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan adalah : 0,7-0,8
kg/cm2. Hal ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit (Rustam Mochtar,
1999).
Dengan adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedaneum arrifisial (chignon). Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul.
Dengan adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedaneum arrifisial (chignon). Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul.
Pada
waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri
dan tangan kanan penolong. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan
mangkuk, sedang tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang.
Maksud tangan kiri menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang
benar dan bila sewaktu-waktu mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat
kearah muka penolong. Traksi dilakukan terus selama ada HIS dan harus mengikuti
putaran paksi dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis.
Bila
his berhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara
intermitten, bersama-sama dengan his. Kepala janin dilahirkan dengan menarik
mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan
suboksiput sebagai hipomoklion dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala
sebagaimana lazimnya.
Pada
waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera
menahan perineum. Setelah kepala lahir, pintu dibuka, udara masuk ke dalam
botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk lepas. Bila diperlukan
episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada waktu kepala
membuka vulva.
Kriteria
Ekstraksi Vakum Gagal waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali.
Mangkuk lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan:
1. Tenaga
vakum terlalu rendah.
2. Tenaga
negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedaneum
sempurna yang mengisi seluruh mangkuk.
3. Selaput
ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk tidak dapat
mencengkram dengan baik.
4.
Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk.
5.
Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik.
6.
Traksi terlalu kuat
7.
Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung
8.
Adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus
diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan diusahakan melakukan
koreksi. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir.
Ø Keunggulan
1. Pemasangan mudah (mengurangi bahaya
trauma dan infeksi)
2. Tidak diperlukan narkosis umum
3. Mangkuk tidak menambah besar ukuran
kepala yang harus melalui jalan lahir.
4. Ekstraksi vakum dapat dipakai pada
kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks belum lengkap.
5. Trauma pada kepala janin lebih
ringan.
Ø Kerugian
1. Persalinan janin memerlukan waktu
yang lebih lama.
2. Tenaga traksi tidak sekuat seperti
pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai keuntungan, karena kepala janin
terlindung dari traksi dengan tenaga yang berlebihan.
3. Pemeliharaannya lebih sukar, karena
bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara.
Ø Etiologi
·
Kelelahan pada ibu: terkurasnya tenaga ibu pada saat
melahirkan karena kelelahan fisik pada ibu.
·
Partus tak maju: his yang tidak normal dalam kekuatan atau
sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada
setiap persalinan, tidak dapat diatasi dengan persalinan mengalami hambatan
atau kematian.
·
Gawat janin: Denyut Jantung Janin abnormal di tandai dengan:
a. Denyut Jantung Janin irreguler dalam
persalinan sangat bereaksi dan dapat kembali beberapa waktu. Bila Denyut
Jantung Janin tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan
adanya hipoksia.
b. Bradikardia yang terjadi di luar
saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi.
c. Takhikardi dapat merupakan reaksi
terhadap adanya demam pada ibu.
2. Ekstraksi Forsep
Pada
bayi dapat terjadi kerusakan saraf ketujuh (nervus fasialis), luka pada wajah
dan kepala, serta patah tulang wajah dan tengkorak. Jika hal itu terjadi, bayi
harus diawasi dengan ketat selama beberapa hari. Tergantung derajat
keparahannya, luka tersebut akan sembuh sendiri. Sedangkan pada ibu, dapat
terjadi luka pada jalan lahir atau robeknya rahim (ruptur uteri).
Forsep
merupakan alat bantu persalinan yang terbuat dari logam menyerupai sendok.
Berbeda dengan vakum, persalinan yang dibantu forsep bisa dilakukan meski Anda tidak
mengejan, misalnya saat terjadi keracunan kehamilan, asma, atau penyakit
jantung. Persalinan dengan forsef relatip lebih beresiko dan lebih sulit
dilakukan dibandingkan dengan vakum. Namun kadang terpaksa dilakukan juga
apabila kondisi ibu dan anak sangat tidak baik.
Forsep
digunakan pada ibu pada keadaan sangat lemah, tidak ada tenaga, atau ibu dengan
penyakit hipertensi yang tidak boleh mengejan, forsep dapat menjadi pilihan.
Demikian pula jika terjadi gawat janin ketika janin kekurangan oksigen dan
harus segera dikeluarkan. Apabila persalinan yang dibantu forsep telah
dilakukan dan tetap tidak bisa mengeluarkan bayi, maka operasicaesar harus
segera dilakukan.
Ø Tujuan kegunaan forsep
1. Traksi : Yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan,
yang disebabkan oleh karena satu dan lain hal.
2. Koreksi : Yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil
dikiri atau dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau
UUK kiri atau kanan belakang menjadi UUK depan (dibawah simfisis pubis).
3. 3. Kompresor : untuk menambah moulage kepala.
Ø Klasifikasi Persalinan Dangan Ekstraksi Forsep
1. Forsep
‘outlet’
·
Kepala terlihat di introitus tanoa harus membuka labia.
·
Kepala janin telah berada di dasar panggul.
·
Sutura sagitalis berada pada diameter AP atau
·
Posisi oksiput kanan/kiri anterior atau posterior.
·
Kepala janin berada pada atau di atas perineum.
2. Forsep rendah
Bagian
terendah
kepala ada pada station +2 atau lebih (Hodge 3-4), dua jenis :
·
Rotasi 45 derajat atau
kurang
·
Rotasi lebih dari 45
derajat
3. Forsep
tengah
·
Kepala sudah masuk
pintu atas panggul.
·
Bagian
terendah kepala di atas station +1.
·
Plihan lain untuk
forsep tengah adalah seksio sesarea – akses untuk melakukan seksio sesarea
sangat penting saat melakukan persalinan dengan forsep.

Ø Indikasi
Indikasi relatif (elektif, prolaktif)
1. Ekstraksi cunam yang bila dikerjakan akan menguntungkan ibu
ataupun janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan merugikan, sebab
bila dibiarkan, diharapkan janin akan lahir dalam 15 menit berikutnya.
2. Indikasi relatif dibagi menjadi:
Indikasi de lee. Ekstraksi cunam dengan syarat kepala sudah
didasar panggul; putaran paksi dalam sudah sempurna; M.Levator Ani sudah
teregang; dan syarat-syarat ekstraksi cunam lainnya sudah dipenuhi. Ekstraksi
cunam atas indikasi elektif, dinegara-negara barat sekarang banyak dikerjakan,
karena dinegara-negara tersebut banyak dipakai anestesia atau conduction
analgesia guna mengurangi nyeri dalam persalinan. Anestesia dan conduction
analgesia menghilangkan tenaga mengejan, sehingga persalinann harus diakhiri
dengan ekstraksi cunam.
Indikasi Pinard. Ekstraksi cunam yang mempunyai syarat sama
dengan indikasi de Lee, hanya disini penderita harus sudah mengejan selama 2
jam.
3. Keuntungan indikasi profilaktik, ialah:
·
Mengurangi
keregangan perineum yang berlebihan
·
Mengurangi
penekanan kepala pada jalan lahir.
·
Kala
II diperpendek
·
Mengurangi
bahaya kompresi jalan lahir pada kepala.
Indikasi absolut (mutlak).
1. Indikasi Ibu : - Eklamsia, Preeklamsia
- Ruptura uteri membakat
- Ibu dengan penyakit jantung, paru-paru.
2. Indikasi janin : -
Gawat janin
3. Indikasi waktu : -
Kala II memanjang.
Ø Kontra
indikasi
·
Malpresentasi
·
Panggul sempit
Ø Syarat
·
Pembukaan lengkap
·
Selaput ketuban telah
pecah atau dipecahkan
·
Presentasi kepala dan
ukuran kepala cukup cunam.
·
Tidak ada kesempitan
panggul
·
Anak hidup (termasuk
dengan kondisi gawat janin)
·
Penurunan H III + atau
H III-IV
·
Kontraksi baik
·
Ibu tidak gelisah
Ø Prosedur
1. Persetujuan
tindakan medic
2. Persiapan
sebelum tindakan (pasien, penolong, bayi)
3. Pencegahan
infeksi sebelum tindakan
4. Periksa
dalam ulangan
5. Orientasi
posisi cunam/forsep
6. Pemasangan
cunam/forsep
Ekstraksi forceps
terdiri dari tujuh langkah, yaitu:
·
Penolong
membayangkan bagaimana cunam akan dipasang.
·
Pemasangan
daun cunam pada kepala janin.
·
Mengunci
sendok cunam.
·
Menilai
hasil pemasangan daun cunam
·
Ekstraksi
cunam percobaan
·
Ekstraksi
cunam definitif.
·
Membuka
dan melepaskan sendok cunam.
Posisi UUK Kiri Depan
1. Lakukan tindakan aseptik pada perineum
2. Lakukan infiltrasi larutan anestesi lokal (prokain 1%) pada
perineum (berbentuk sisi dan garis tengah segitiga, puncaknya berada dikomisura
posterior, ujung kaki segitiga masing-masing 2,5 cm lateral kiri dan kanan dari
anus).
3. Pegang gagang cunam kanan seperti memegang pensil.
4. Masukkan jari tangan kedalam vagina (menelusuri dinding
lateral kiri) hingga mencapai sisi lateral kanan bawah kepala janin. Ibu jari
tetap berada diluar.
5. Dekatkan gagang cunam pada posisi sejajar dengan paha kiri
ubu, kemudian masukkan ujung daun cunam kanan ke vagina (menelusuri alur
diantara jari-jari tangan kiri dan dibantu dengan dorongan ibu jari), sementara
itu atur posisi gagang cunam sehingga daun cunam menempati posisi yang sesuai
dengan sisi lateral kanan janin.
6. Setelah daun cunam terpasang dan posisi gagang cunam sejajar
dengan lantai, geser daun cunam (dengan tangan kiri) ke atas, hingga menempati
posisi seperti saat melakukan orientasi (miring terhadap panggul).
7. Minta asisten untuk mempertahankan cunam pada posisi.
8. Pegang gagang cunam kiri seperti memegang pensil dan letakkan
jari tangan kanan ke dalam vagina (menelusuri dinding lateral kiri vagina).
9. Masukkan daun cunam kedalam vagina (menelusuri alur jari)
secara langsung dan berhadapan dengan posisi cunam kanan. Masukkan hingga
gagang cunam berada posisi sejajar dengan lantai.
INGAT: Setiap kesulitan
atau terdapat hambatan dalam melaksanakan prosedur pemasangan cunam sehingga
cunam tidak dapat terpasang dengan baik maka kondisi ini digolongkan sebagai
kegagalan pemasangan cunam. Kegagalan proses pemasangan merupakan indikasi
untuk di Rujuk atau Terminasi per abdominan.
UUK Kanan Depan
1. Lakukan tindakan asepsis-antisepsis pada perineum
2. Lakukan infiltrasi larutan anestesis lokal (prokain 1%) pada
perineum.
3. Pegang gagang cunam kiri seperti memegang pensil.
4. Masukkan jari tangan sebagai alur daun cunam.
5. Dekatkan gagang cunam pada posisi sejajar dengan paha kiri
ibu, masukkan daun cunam kiri ke vagina, sementara itu atur posisi gagang cunam
hingga daun cunam menempati posisi yang sesuai dengan sisi lateral kiri janin.
6. Setelah daun cunam terpasang dan posisi gagang cunam sejajar
dengan lantai, geser daun cunam keatas, hingga menempati posisi seperti saat
melakukan orientasi (miring terhadap panggul).
7. Minta asisten untuk mempertahankan cunam pada posisinya.
8. Pegang gagang cunam kanan seperti memegang pensil dan
letakkan jari tangan kiri kedalam vagina (menelusuri dinding lateral kanan
vagina).
9. Masukkan daun cunam kanan kedalam vagina (menelusuri alur
diantara jari-jari tangan kiri) secara langsung dan berhadapan dengan posisi
cunam kiri. Masukkan hingga gagang cunam berada pada posisi sejajar dengan
lantai.
Posisi UUK Kanan Belakang
Posisi UUK Kanan Belakang
1. Lakukan tindakan asepsis-antisepsis pada perineum.
2. Lakukan infiltrasi larutan anestesi lokal (prokain 1%) pada
perineum.
3. Pegang gagang cunam kanan seperti memegang pensil.
4. Masukkan jari tangan kiri kedalam vagina, ibu jari tetap
berada diluar.
5. Dekatkan gagang cunam pada posisi sejajar dengan paha kiri
ibu, masukkan ujung daun cunam dan atur posisi gagang hingga cunam menempati
posisi yang sesuai dengan sisi lateral kiri janin.
6. Setelah daun cunam terpasang dan gagangnya sejajar dengan
lantai, geser daun cunam (dengan tangan kiri) ke atas, hingga menempati posisi
seperti pada orientasi (miring terhadap panggul).
7. Minta asisten untuk mempertahankan cunam pada posiisnya.
8. Pegang gagang cunam kiri seperti memegang pensil dan letakkan
jari tangan kanan ke dalam vagina (menelusuri dinding lateral kiri vagina)
9. Masukkan daun cunam ke dalam vagina secara langsung dan
berhadapan dengan posisi cunam kanan. Masukkan hingga gagang cunam sejajar
dengan lantai.
Posisi UUK Kiri Belakang
Prosedur yang
dijalankan, sama dengan UUK kanan belakang tetapi pemasangan pertama adalah
cunam kiri, setelah itu dipasang cunam kanan. Penguncian secara langsung dan
pebarikan juga mempunyai dua alternatif, yaitu cara Lange-Scanzoni (dua tahap)
dan cara de Moehrer (langsung).
Casinos Near Casinos Near Casinos, Philadelphia in New
BalasHapusFind 평택 출장마사지 the 태백 출장마사지 nearest casinos 춘천 출장안마 to Casinos in 강릉 출장마사지 New Jersey, Pennsylvania 거제 출장안마 and West Virginia. MapYR Properties offers you the best location information and