Selasa, 19 Mei 2015

PRE EKLAMSIA


PRE EKLAMSIA

A.    PRE-EKLAMSIA
1.      Pengertian
  Pre-eklamsia di depinisikan sebagai tekanan darah yang menetap kurang dari sama dengan 140/90 mmHg.proteinuria positif 2,atau proteinuria dalam 24 jam lebi dari 300 mg. Penyakit pre-eklamsia multi-sistemik ini merupakan hipertensi yang diinduksi kehamilan disertai dengan peningkatan proteinuria yang signifikan. pada kehamilan, ekskresi protein dapat dinyatakan meningkat tetapi protein total sampai 300 mg per 24 jam dapat dinyatakan normal. pengukuran protein urine 24 jam harus memperkuat diagnosis.jika pengukuran ini tidak memungkinkan, pendekatan alternatif mencakup menetapkan sebuah standar yang tinggi untuk diagnosis seperti protein positif 2 pada tes dipstick atau konsentrasi protein 1 gram / liter dengan sampel acak.
  Pre eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, protein urine dan edema. (rukiah, 2010)
2.      Etiologi
  Hingga sampai saat ini etiologi dari pre eklamsia belum diketahui secara pasti. Telah banyak hipotesis yang di ajukan mencari etiologi dari pre eklamsia namun hingga kini belum diketahui. Adapun hipotesis yang di anjurkan di antaranya (Fausyah, 2012):
a.    Genetik
Terdapat suatu kecendrungan bahwa faktor keturunan turut berperan dalam patogenesis pre eklamsia. Angka kejadian pre eklamsia pada wanita yang dilahirkan oleh ibu yang menderita pre eklamsia.
b.    Hipoksia pada fetus/plasenta
Hipoksia yang terjadi pada fetus atau plasenta merupakan patogenetik pada pre eklamsia. Beberapa penelitian menunjukan bahwa kekurangan oksigen akan menginduksikan vasokontriksi fetoplasenta.


c.    Disfungsi endotel
  Saat ini salah satu teori tentang pre eklamsia yang sedang berkembang adalah teori disfungsi endotel. Disfungsi endotel adalah suatu keadaan dimana di dapatkan adanya ketidak seimbangan antara faktor vasodilatasi dan vasokontriksi.
3.      Patofisiologis
     Vasekontriksi merupakan dasar patogenesis dari pre eklamsia, vasekontriksi menimbulkan peningkatan totol perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasekontriksi juga menimbulkan hipoksia pada endotel setempat sehingga terjadila kerusakan pada endotel. Kebocoran anteriole disertai pendarahan mikro pada tempat endotel. Vasokontriksii akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteraplasenta yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta (rukiah, 2010)
4.      Gejala-gejala Pre Eklamsia
Menurut Indrawati (2010), gejala-gejala pre eklamsia yaitu
a.       Tekanan darah naik (hipertensi) dan kadarb protein dalam urin berlebihan (Proteinuria), setelah kehamilan mencapai 20 minggu
b.      Sakit kepala
c.       Masalah pengelihatan, termasuk kebutuhan sementara, pandangan buram dan lebih sensitif pada cahaya.
d.      Nyeri peru bagian atas, biasanya dibawah rusuk sebelah kanan
e.       Muntah
f.       Pusing
g.      Volume urin berkurang
h.      Berat badan naik cepat, biasanya di atas 20kg perminggu
i.        Pembengkakan pada wajah dan tangan.





5.      Jenis-jenis pre eklamsia
a.       Pre Eklampsia Ringan
a)      Pengertian
Pre Eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
b)      Patofisiologi
     Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaption syndrome” akibat vasospamse general dengan segala akibat.
c)      Gejala Klinis
Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi:
1)      Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih dari sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg.
2)      Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2 (+2).
3)      Edema pada  pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.
4)      Kenaikan berat badan ibi 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turutminggu).
5)      Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat.
d)     Pemeriksaan dan Diagnosis
1)      Kehamilan lebih 20 minggu
2)      Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit).
3)      Edema tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tumgkai.
4)      Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++)
e)   Penatalaksanaan
1)      Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklampsia ringan:
·         Banyak istirahat (berbaring tidur / miring)
·         Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
·         Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral selama 7 hari.
·         Roborantia
·         Kunjungan ulang setiap 1 minggu
·         Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fumgsi ginjal.
2)        Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklampsia ringan berdasarkian kriteria
·         Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala pre eklampsia seperti:
·         Kenaikkan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut (2 minngu)
·     Timbulsalah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat.
Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat. Bila dalam perawatan rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lau disesuaikan dengan perawatan rawat jalan.
Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan:
1)      Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
a)      Bila desakan darah sampai normotensif selama perawatan, persalinan di tunggu sampai aterm.
b)      Bila desakan turun tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
2)      Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
a)      Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
3)      Cara persalinan
a)      Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu diperpendek kala II.
b.      Pre Eklampsia Berat
a)      Pengertian
       Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih dsertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
b)      Penatalaksanaan
    Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi:
1)      Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medisial.
2)      Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisial.
3)      Perawatan aktif
       Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG)
   Indikasi:
1.        Ibu
a.       Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
b.      Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konserpatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikkan desakandarah atu setelah 24 jam perawatan medisial, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikkan)
2.      Janin
a.       Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)
b.      Adanya tanda IUGR
3.      Laboratorium
a.       Adanya “HELP syndrom” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombesitopenia).
c)  Pengobatan Medisinal
Pengobatan medisinal pasien pre eklamsi berat yaitu:
1)      Segera masuk rumah sakit
2)      Tira baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 mnt, refleks patela setiap jam
3)      Infus dextrose 5% diman setiap 1liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc per jam) 500cc
4)      Antasida
5)      Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
6)      Pemberian obat anti kejang: magnesium sulfat
7)      Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, paya jantung kongestif atau odema anasarka. Diberikan korosemid injeksi 40mg per IM.
8)      Anti hipertensi diberikan bila:
·         Desakan darah sistolis lebih dari 180 mmHg, diastolis lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 125 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perkusi plasenta.
·         Dosis anti hipertensi sama dengan dosis anti hipertensi pada umumnya
·         Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat anti hipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc cairan infus atau fress disesuaikan dengan tekanan darah.
·         Bila tidak tersedia anti hipertensi parenteral dapat diberikan tablet anti hipertensi secara sublingual diulang setelah 1 jam maksimal 4-5 kali. Bersamaan dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral.
9)      Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digistalis cepat dengan cedilanid D.
10)    Lain-lain:
·         Konsul bagian penyakit dalam/jantung, mata
·         Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih dari 38,5 derajat celsius dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2cc IM
·         Antibiotik diberikan atas indikasi, diberikan ampicilin 1gr/6 jam/IV/hari
·         Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisa karena kontaraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg 1 kali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
11)   Pemberian magnesium sulfat cara pemberian magnesium sulfat;
      Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV(20% dalam 20cc)selama 1 gr/menit kemasan 20%dalam 25cc larutan MgSO4(dalam 3 -5 menit). Di ikuti segera 4 gr di bokong kiri dan 4 gr di bokong kanan(40% dalam 10cc) dengan jarum nomor 21 panjang 3,7 cm untuk mengurangi nyeri dapat di berikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
12)  Dosis ulang;diberikan 4 gr intramuskuler 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis ulangan di berikan 4 gr IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
13)  Syarat-syarat pemberian MgSO4
·         Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%,1 gram(10% dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.
·         Refleks patella positif kuat
·         Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
·         Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam)

14)   MgSO4 dihentikan bila
a.       Ada tanda-tanda keracunan yaitu keracunan otot, hipotensi, refleks fisiologis menurun, fungsi jantung tergantung, debresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian kerena kelumpuhan otot-otot pernefasan karena ada serum 10 U magneseum pada dosis ade kuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq/liter terjadi kelimpuhan otot-otot pernafasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.
b.      Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat
·         Hentikan pemberian magnesium sulfat
·         Berikan kalsium glukonase 10% 1 gr (10 gr dalam 10 cc)secara IV dalam waktu 3 menit.
·         Berikan oksigen
·         Lakukan pernafasan buatan.
c.       Magneseum sulfat di hentikan jugabila setelah 4 jam setelah pasca persalinan judah terjadi perbaikan (normotensif )
15)   Pengobatan obstetrik
d)     Cara terminasi kehamilan yang belum infartum
1)      Induksi persalinan :teyesan oxsitosin dengan syarat nilai Bishopn 5 atau lebih dan dengan fetal heartmonitoring.
2)      Seksiosesaria bila :
·         Fetal assesment bila
·         Syarat tetesan oxsitosen tidak dipenuhi (nilai Bishob kurang dari 5) atau adanya kontra indikasi tetesan oxsitosin.
·         12 jam setelah dimulainya tetesan oxsitosin blum masuk fase aktif. Pada primikgravida lebih diarahkan untuk di lakukan terminasi dengan seksio sesaria.

e)      Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu
Kala I
1)      Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.
2)      Fase aktif :
·         Amniotomi saja
·         Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka di lakukan saksio sesaria ( bila perlu dilakukan tetesan oxsitosin).
Kala II
Pada persalinan pervagina maka kala II di selesaikan dengan partus buatan. Amniotomi dan tetesan oxsitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisina. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan, terminasi di tunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kontikosteroid.
f)       Perawatan konserpatif
1)      Indikasi : bila kehamilan pretem kurang 37 minggu tanpa di sertai tanda-tanda infending eklampsia dengan keadan janin baik.
2)      Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak di berikan intrafenus, cukup intramuskuler saja dimana 4 gr pada bokong kiri dan 4 gr pada bokong kanan.
3)      Pengobatan opsetri :
·         Selama perawatan konserpatif : obserpasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya di sini tidak dilakukan terminisasi.
·         MgSO4 di hentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklamsia ringan, selambat-lambatnya 24 jam.
·         Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal dan harus di terminasi.
·         Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi dahulu MgSO4 25% 2 gram intravenus.
4)      Penderita dipulangkan :
·         Penderita kembali gejala-gejala atau tanda-tanda pre eklamsia ringan dan telah di rawat selama 3 hari.
·         Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklamsia ringan: penderita dapat di pulang kan dan dirawat sebagai pre eklamsia ringan ( di perkirakan lama perawatan 1-2 minggu).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar