A.
PRE-EKLAMSIA
1. Pengertian
Pre-eklamsia di depinisikan sebagai tekanan darah yang menetap kurang
dari sama dengan 140/90 mmHg.proteinuria positif 2,atau proteinuria dalam 24
jam lebi dari 300 mg. Penyakit pre-eklamsia multi-sistemik ini merupakan
hipertensi yang diinduksi kehamilan disertai dengan peningkatan proteinuria
yang signifikan. pada kehamilan, ekskresi protein dapat dinyatakan meningkat
tetapi protein total sampai 300 mg per 24 jam dapat dinyatakan normal.
pengukuran protein urine 24 jam harus memperkuat diagnosis.jika pengukuran ini
tidak memungkinkan, pendekatan alternatif mencakup menetapkan sebuah standar
yang tinggi untuk diagnosis seperti protein positif 2 pada tes dipstick atau konsentrasi protein 1 gram
/ liter dengan sampel acak.
Pre eklamsia adalah kumpulan gejala yang
timbul pada ibu hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari trias yaitu
hipertensi, protein urine dan edema. (rukiah, 2010)
2. Etiologi
Hingga sampai saat ini etiologi dari pre
eklamsia belum diketahui secara pasti. Telah banyak hipotesis yang di ajukan
mencari etiologi dari pre eklamsia namun hingga kini belum diketahui. Adapun
hipotesis yang di anjurkan di antaranya (Fausyah, 2012):
a. Genetik
Terdapat
suatu kecendrungan bahwa faktor keturunan turut berperan dalam patogenesis pre
eklamsia. Angka kejadian pre eklamsia pada wanita yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita pre eklamsia.
b. Hipoksia
pada fetus/plasenta
Hipoksia yang terjadi
pada fetus atau plasenta merupakan patogenetik pada pre eklamsia. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa kekurangan oksigen akan menginduksikan
vasokontriksi fetoplasenta.
c. Disfungsi
endotel
Saat ini salah satu teori tentang pre
eklamsia yang sedang berkembang adalah teori disfungsi endotel. Disfungsi
endotel adalah suatu keadaan dimana di dapatkan adanya ketidak seimbangan
antara faktor vasodilatasi dan vasokontriksi.
3. Patofisiologis
Vasekontriksi merupakan dasar patogenesis
dari pre eklamsia, vasekontriksi menimbulkan peningkatan totol perifer resisten
dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasekontriksi juga menimbulkan hipoksia pada
endotel setempat sehingga terjadila kerusakan pada endotel. Kebocoran anteriole
disertai pendarahan mikro pada tempat endotel. Vasokontriksii akan menyebabkan
terjadinya penurunan perfusi uteraplasenta yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi
plasenta (rukiah, 2010)
4. Gejala-gejala
Pre Eklamsia
Menurut Indrawati
(2010), gejala-gejala pre eklamsia yaitu
a. Tekanan
darah naik (hipertensi) dan kadarb protein dalam urin berlebihan (Proteinuria),
setelah kehamilan mencapai 20 minggu
b. Sakit
kepala
c. Masalah
pengelihatan, termasuk kebutuhan sementara, pandangan buram dan lebih sensitif
pada cahaya.
d. Nyeri
peru bagian atas, biasanya dibawah rusuk sebelah kanan
e. Muntah
f. Pusing
g. Volume
urin berkurang
h. Berat
badan naik cepat, biasanya di atas 20kg perminggu
i.
Pembengkakan pada wajah
dan tangan.
5. Jenis-jenis
pre eklamsia
a. Pre
Eklampsia Ringan
a) Pengertian
Pre Eklampsia ringan
adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul
sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
b) Patofisiologi
Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini
dianggap sebagai “maladaption syndrome” akibat vasospamse general dengan segala
akibat.
c) Gejala
Klinis
Gejala klinis pre
eklampsia ringan meliputi:
1) Kenaikan
tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih dari
tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih dari sistol 140
mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg.
2) Proteinuria
: secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif
positif 2 (+2).
3) Edema
pada pretibia, dinding abdomen,
lumbosakral, wajah atau tangan.
4)
Kenaikan berat badan
ibi 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turutminggu).
5) Timbul
salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat.
d) Pemeriksaan
dan Diagnosis
1) Kehamilan
lebih 20 minggu
2) Kenaikan
tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam
keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat
10 menit).
3) Edema
tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tumgkai.
4) Proteinuria
lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++)
e)
Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan
rawat jalan pasien pre eklampsia ringan:
·
Banyak istirahat
(berbaring tidur / miring)
·
Diet : cukup protein,
rendah karbohidrat, lemak dan garam.
·
Sedativa ringan :
tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral selama 7 hari.
·
Roborantia
·
Kunjungan ulang setiap
1 minggu
·
Pemeriksaan
laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat
darah, fungsi hati, fumgsi ginjal.
2)
Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre
eklampsia ringan berdasarkian kriteria
·
Setelah 2 minggu
pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala
pre eklampsia seperti:
·
Kenaikkan berat badan
ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut (2 minngu)
· Timbulsalah satu atau lebih gejala atau
tanda-tanda pre eklampsia berat.
Bila setelah 1 minggu perawatan di atas
tidak ada perbaikan maka pre eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia
berat. Bila dalam perawatan rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu
dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi
baru dipulangkan. Perawatan lau disesuaikan dengan perawatan rawat jalan.
Perawatan
obstetri pasien pre eklampsia ringan:
1) Kehamilan
preterm (kurang 37 minggu)
a) Bila
desakan darah sampai normotensif selama perawatan, persalinan di tunggu sampai
aterm.
b) Bila
desakan turun tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka
kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
2) Kehamilan
aterm (37 minggu atau lebih)
a) Persalinan
ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan
persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
3) Cara
persalinan
a) Persalinan
dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu diperpendek kala II.
b. Pre
Eklampsia Berat
a)
Pengertian
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih dsertai proteinuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
b) Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre
eklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi:
1) Perawatan
aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medisial.
2) Perawatan
konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisial.
3) Perawatan
aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif
pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG)
Indikasi:
1.
Ibu
a. Usia
kehamilan 37 minggu atau lebih
b. Adanya
tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konserpatif yaitu
setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikkan desakandarah atu setelah 24
jam perawatan medisial, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikkan)
2.
Janin
a. Hasil
fetal assesment jelek (NST & USG)
b. Adanya
tanda IUGR
3. Laboratorium
a. Adanya
“HELP syndrom” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombesitopenia).
c)
Pengobatan Medisinal
Pengobatan medisinal
pasien pre eklamsi berat yaitu:
1) Segera
masuk rumah sakit
2) Tira
baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 mnt, refleks patela
setiap jam
3) Infus
dextrose 5% diman setiap 1liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc per jam)
500cc
4) Antasida
5) Diet
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
6) Pemberian
obat anti kejang: magnesium sulfat
7) Diuretikum
tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, paya jantung kongestif
atau odema anasarka. Diberikan korosemid injeksi 40mg per IM.
8) Anti
hipertensi diberikan bila:
·
Desakan darah sistolis
lebih dari 180 mmHg, diastolis lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg.
Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 125 mmHg (bukan kurang 90
mmHg) karena akan menurunkan perkusi plasenta.
·
Dosis anti hipertensi
sama dengan dosis anti hipertensi pada umumnya
·
Bila dibutuhkan
penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat anti hipertensi
parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5
ampul dalam 500cc cairan infus atau fress disesuaikan dengan tekanan darah.
·
Bila tidak tersedia
anti hipertensi parenteral dapat diberikan tablet anti hipertensi secara
sublingual diulang setelah 1 jam maksimal 4-5 kali. Bersamaan dengan awal
pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral.
9)
Kardiotonika
Indikasinya bila ada
tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digistalis cepat dengan cedilanid
D.
10) Lain-lain:
·
Konsul bagian penyakit
dalam/jantung, mata
·
Obat-obat antipiretik
diberikan bila suhu rektal lebih dari 38,5 derajat celsius dapat dibantu dengan
pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2cc IM
·
Antibiotik diberikan
atas indikasi, diberikan ampicilin 1gr/6 jam/IV/hari
·
Anti nyeri bila
penderita kesakitan atau gelisa karena kontaraksi uterus. Dapat diberikan
petidin HCL 50-75 mg 1 kali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
11) Pemberian magnesium sulfat cara pemberian
magnesium sulfat;
Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV(20%
dalam 20cc)selama 1 gr/menit kemasan 20%dalam 25cc larutan MgSO4(dalam 3 -5
menit). Di ikuti segera 4 gr di bokong kiri dan 4 gr di bokong kanan(40% dalam
10cc) dengan jarum nomor 21 panjang 3,7 cm untuk mengurangi nyeri dapat di
berikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
12) Dosis
ulang;diberikan 4 gr intramuskuler 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu
dosis ulangan di berikan 4 gr IM setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak
melebihi 2-3 hari.
13) Syarat-syarat
pemberian MgSO4
·
Tersedia antidotum
MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%,1 gram(10% dalam 10 cc) diberikan intravenous
dalam 3 menit.
·
Refleks patella positif
kuat
·
Frekuensi pernapasan
lebih 16 kali per menit.
·
Produksi urin lebih 100
cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam)
14) MgSO4 dihentikan bila
a. Ada
tanda-tanda keracunan yaitu keracunan otot, hipotensi, refleks fisiologis
menurun, fungsi jantung tergantung, debresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya
dapat menyebabkan kematian kerena kelumpuhan otot-otot pernefasan karena ada
serum 10 U magneseum pada dosis ade kuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks
fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq/liter terjadi
kelimpuhan otot-otot pernafasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi kematian
jantung.
b. Bila
timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat
·
Hentikan pemberian
magnesium sulfat
·
Berikan kalsium
glukonase 10% 1 gr (10 gr dalam 10 cc)secara IV dalam waktu 3 menit.
·
Berikan oksigen
·
Lakukan pernafasan
buatan.
c.
Magneseum sulfat di
hentikan jugabila setelah 4 jam setelah pasca persalinan judah terjadi
perbaikan (normotensif )
15) Pengobatan obstetrik
d) Cara
terminasi kehamilan yang belum infartum
1) Induksi
persalinan :teyesan oxsitosin dengan syarat nilai Bishopn 5 atau lebih dan
dengan fetal heartmonitoring.
2) Seksiosesaria
bila :
·
Fetal assesment bila
·
Syarat tetesan
oxsitosen tidak dipenuhi (nilai Bishob kurang dari 5) atau adanya kontra
indikasi tetesan oxsitosin.
·
12 jam setelah
dimulainya tetesan oxsitosin blum masuk fase aktif. Pada primikgravida lebih
diarahkan untuk di lakukan terminasi dengan seksio sesaria.
e)
Cara terminasi
kehamilan yang sudah inpartu
Kala
I
1) Fase
laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.
2) Fase
aktif :
·
Amniotomi saja
·
Bila 6 jam setelah
amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka di lakukan saksio sesaria ( bila
perlu dilakukan tetesan oxsitosin).
Kala II
Pada persalinan
pervagina maka kala II di selesaikan dengan partus buatan. Amniotomi dan
tetesan oxsitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian
pengobatan medisina. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan
memungkinkan, terminasi di tunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kontikosteroid.
f) Perawatan
konserpatif
1) Indikasi
: bila kehamilan pretem kurang 37 minggu tanpa di sertai tanda-tanda infending
eklampsia dengan keadan janin baik.
2) Pengobatan
medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya
loading dose MgSO4 tidak di berikan intrafenus, cukup intramuskuler saja dimana
4 gr pada bokong kiri dan 4 gr pada bokong kanan.
3) Pengobatan
opsetri :
·
Selama perawatan
konserpatif : obserpasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya di sini
tidak dilakukan terminisasi.
·
MgSO4 di hentikan bila
ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklamsia ringan, selambat-lambatnya 24 jam.
·
Bila setelah 24 jam
tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal dan harus di
terminasi.
·
Bila sebelum 24 jam
hendak dilakukan tindakan maka diberi dahulu MgSO4 25% 2 gram intravenus.
4) Penderita
dipulangkan :
·
Penderita kembali
gejala-gejala atau tanda-tanda pre eklamsia ringan dan telah di rawat selama 3
hari.
·
Bila selama 3 hari
tetap berada dalam keadaan pre eklamsia ringan: penderita dapat di pulang kan
dan dirawat sebagai pre eklamsia ringan ( di perkirakan lama perawatan 1-2
minggu).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar